Assalamualaikum, gais
Sesuai dengan janji di instastory
beberapa hari lalu. Saya ingin cerita tentang suatu hal, lebih tepatnya tentang
"SESUATU" yang sedang ramai dibincangkan yaitu virus corona...
Oke, jadi ceritanya gini…
Pada hari senin, tepatnya 23 November 2020, suami mendadak ngerasa ngga enak body. Yang doi rasakan adalah demam, lemas, pusing dan sedikit batuk kering. Kemudian malamnya demam tinggi. Bahkan demamnya terjadi kurang lebih 3 hari. Dan demamnya hanya di malam hari. Saya pikir mungkin typus.
Berobat ngga? Ngga. Karena doi sendiri setiap diajak
berobat ngga mau, ini yang bikin saya serba salah. Karena itu permintaannya, oke saya nurut.
Pada hari kamis, tepatnya 26 November 2020, kebetulan di sekitar rumah mertua ada tes swab gratis dari puskesmas Seroja karena diminta oleh RT. Diadakan tes swab karena diketahui ada warganya yang terinfeksi virus corona. Dan karena mertua tahu bahwa suami sudah demam berhari-hari, alhasil didaftarkanlah doi untuk tes swab. Kebetulan demamnya sudah turun, tapi kondisinya masih lemas dan sakit tenggorokan.
Btw, disitu kondisinya
saya tidak swab, selain karena peserta yang dibatasi. Saya juga merasa kondisi
saya baik-baik saja hari itu. Jangan tanya hasilnya ya? Karena hasilnya ngga
kaya mie instan yang langsung jadi, hanya dari pihak sana mengabarkan bahwa
hasil swab mungkin akan keluar kurang lebih 3-4 hari.
Jangan tanya gimana perasaan saya
saat itu? Jelas cemas. Dan mungkin semua cemas menunggu hasilnya. Tapi ya
sudah, semua dijalani saja.
Hari berikutnya, Jumat tanggal 27
November 2020, saya memutuskan ke pasar untuk membuat sup ikan patin buat suami.
Btw, itu pergi ke pasar sama suami naik motor. Pulang dari pasar, saya beli
bubur sum-sum 2 cup ukuran sedang, serabi, susu kacang kedelai dan belanja
sayuran.
Yang buat saya makin curiga ama suami
dengan sakitnya, pas tiba-tiba di dapur doi bilang,
“Say, cobain deh bubur sumsumnya.”
Ucap doi.
GLEK! Gawat nih, kayanya ada
yang ngga beres. Ucap saya dalam hati.
“Kenapa emang buburnya?” tanya
saya.
“Ini bubur sumsum manis ngga sih?
Ada rasanya?” balasnya kemudian.
Seketika itu, langsung dong saya
ikut cicipin itu bubur.
What! Padahal itu bubur ada rasanya.
Dan disinilah kecemasan itu makin menjadi-jadi.
Aduh gawat, kayanya ada yang
ngga beres nih! Batinku kemudian.
Dan makanan-makanan di meja pun
akhirnya dicicipin satu-satu, demi memastikan bahwa semua baik-baik saja. Atau memang
buburnya saja yang rasanya berbeda untuk lidah masing-masing.
Tapi ternyata, serabi yang cukup
asin bagi saya, tidak terasa asin bagi dia. Yang saya tahu, dia mulai kebingungan
ngenalin rasa. Dan di hari itu juga, dia merasakan sakit tenggorokan yang cukup
mengganggu.
Jangan tanya, selama sakit suami
minum obat ngga? Alhamdulillah, doi minum obat. Bahkan suplemen,
madu, obat herbal, air kelapa, berbagai vitamin cukup tersedia. Waktu itu
kondisinya, jadi lebih sering beli-belian suplemen dan obat di apotik juga mini
market. Yang dipikiran waktu itu, yang penting suami cepet sembuh. Udah titik.
Eh ngga tau kenapa, saya juga sempet ngerasa lemes dan badan agak
sempoyongan karena pusing. Dipikir, mungkin kecapean aja wara-wiri. Oke, akhirnya
saya rutinkan lebih banyak madu dan vitamin yang ada di rumah. Sambil
makan, minum dan istirahat yang cukup.
Dan semuanya terjawab ketika
sebuah pesan whatsapp masuk ke layer smartphone. Ternyata hasil swab sudah
keluar dan suami dinyatakan positif covid-19. DEG!!! Langsung saja
rasanya lemas. Apalagi suami kayanya shock berat dengan hasilnya.
Sontak, kami pun mengabari RT hasil swab yang sebenarnya. Dan seketika itu juga, kami memutuskan untuk isolasi mandiri sejak hari itu.
Sebelum hasil tes swab keluar, saya sempet masak sop. Udah ditaburin garem bersendok-sendok, kaldu dan rempah-rempah lainnya, tapi kok ngga berasa apapun. Oke, disitu saya mulai ngerasa ada yang aneh.
Bentar-bentar, ini kok jadi
ngga bisa ngerasain apa-apa ya? Kok mirip gejala pak suami. Ujar bantin waktu
itu. Sontak saya panggil suami minta doi untuk cicipin rasa kuahnya. Yang kebetulannya adalah saat itu indra perasa alias pengecapnya sudah mulai pulih sedikit-sedikit.
Katanya, “Ada kok rasanya, ini
udah berasa garemnya.”
DEG! Disitu saya auto cemas. Aduh
jangan jangan. Jangan jangan nih…
Oke dan semua terjawab pada
tanggal 5 Desember kemarin. Hasil swab saya sudah keluar. Dan taaraaaa… entah kenapa
tulisan POSITIF bisa tertulis di surat keterangan itu.
Singkat cerita, hinga 11 Desember
hari ini, kami berdua isolasi mandiri. Dan hari ini juga kami di tes swab
kedua, karena dirasa badan sudah fit dan sudah 10 hari sejak tes swab saya
pertama.
Oke, itulah sedikit cerita yang
tentunya bukan hal yang diinginkan.
Ditulisan kali ini, ada beberapa
catatan yang mau saya sampaikan berdasarkan pengalaman pribadi, di antaranya:
Apakah penderita covid-19
pasti bergejala? Bisa ya, bisa tidak. Kalaupun bergejala, setiap orang mungkin
ada yang berbeda-beda gejalanya. Ada yang mungkin berat, sedang bahkan ringan.
Jika yang ngga bergejala disebut OTG (Orang Tanpa Gejala).
Gejala yang suami rasakan saat
itu: Demam tinggi (3 harian), sakit tenggorokan, lemas, batuk kering, pusing, kehilangan
indra perasa dan penciuman.
Gejala yang saya rasakan : Lemas,
pusing, badan berasa pegel, kadang berasa demam (itu juga hilang timbul) dan
kehilangan indra perasa dan penciuman.
Karena tahu, covid ini bukan sesuatu
yang bisa diremehin. Alhasil, kita juga maksimalin untuk rutin makan
sayur, buah-buahan, rajin minum air hangat, konsumsi suplemen (vitamin, madu, habbatussauda).
Selain itu, berjemur setiap pagi saat matahari cerah, buat suasana hati
bahagia, jangan banyak pikiran dan sedih, serta perbanyak kegiatan positif dan
banyak berdoa. Tapi yang terpenting dari itu semua adalah untuk lebih dekat
kepada Allah SWT. Yakin aja bahwa setiap penyakit ada obatnya. Yakinin diri bahwa
bersama kesulitan pasti ada kemudahan.
Buat kalian yang saat ini merasa
sehat, bersyukurlah dan jangan abai dengan covid-19 ini. Covid itu dekat dan
benar-benar ada. jangan pernah ngerasa lelah untuk selalu memakai masker. Ingat,
masker kita melindungi orang lain dan diri kita sendiri. Tetap rajin cuci
tangan dengan sabun dan berusahalah untuk menjaga jarak. Minimalisir untuk
keluar rumah, kecuali memang ada keperluan, seperti bekerja, dsb.
Catatan penting, bila kalian
mendapati keluarga terdekat, saudara, teman atau tetangga yang terinfeksi virus
Corona, mohon jangan dikucili, diomongin atau diasingkan. Karena itu akan
berdampak buruk untuk imun mereka. Sebaliknya,
justru yang diharuskan adalah mensupportnya.
Terakhir, makasih banyak untuk
yang tersayang. Orang tua dan mertua yang ngga berhenti-henti support kami yang
isolasi mandiri, teman-teman, saudara dan para tetangga Genova yang banyak
bantu. Semoga Allah balas kebaikan kalian semua dengan berlipat ganda. Semoga Allah
SWT berikan kesembuhan untuk saudara-saudara kita yang sakit dan semoga wabah
corona ini segera berakhir.
0 comments