Haloooo, para pejuang konten!
Yes, akhirnya author kembali lagi
menyambut kalian semua di blog tercintah ini.
Oke, kali ini author akan bicara
tentang konten. Mungkin sebagian besar dari kamu yang membaca ini adalah para
pejuang dan pemuja konten. Orang-orang yang nyaris sebagian waktunya berkutat
di depan layar laptop atau smartphone, berjubel dengan deadline dan target
serta memiliki ide-ide kreatif yang nyaris dikatakan aneh karena rela berbuat hal di luar kewajaran demi hasil yang
maksimal.
Ehey…
Tapi kamu tahu ngga, sih?
Dari sekian banyak yang dilakukan
pejuang konten, beberapa hal ini mungkin sering terjadi dan bahkan terus
berulang. Padahal bila dilakukan cukup fatal, lho!
Apa saja kesalahan yang sering
dilakukan oleh pejuang konten?
Cekidut, eh cekidot!
Pertama, tidak melibatkan perasaan
Ngga tau ini terlihat lebay atau
ngga di mata kamu. Tapi perlu diketahui, konten terbaik bukanlah konten dengan
durasi panjang atau durasi pendek. Bukan juga tentang pemilihan warna,
karakter, font, size, dan segala perintilannya. Itu sih hanya pemanis saja. Pada
dasarnya, konten terbaik adalah konten yang melibatkan perasaan. Melibatkan isi
hati pembuatnya. Dibuat dalam keadaan mood terbaik, bukan terbalik.
Dalam keadaan pikiran tenang, bukan pikiran yang tegang. Saat hati
merasa aman, bukan merasa terancam.
Sayangnya, sebagian pejuang
konten banyak yang tidak melibatkan perasaannya saat membuat atau memproduksi
karyanya. Tahu pikiran ngga karuan, tapi siang malam kebut konten demi kejar
tayang. Alhasil, apa yang terjadi?
Konten akan lahir, tapi tanpa
nyawa. Karena tidak ada feel atau perasaan si pembuatnya. Isinya mungkin
berdurasi cukup lama, tapi pesannya? Mungkin kosong bahkan tidak ada. Hanya
berlalu dengan narasi sekian ratus kata, tapi hampa tanpa rasa. Hanya tercipta
backsound yang ala kadarnya. Ah, bagaimana kontenmu bisa diterima oleh hati
pembaca atau pendengarnya? Jika hatimu pun tak dilibatkan di sana.
Kedua, enggan untuk memperkaya diri dengan bacaan
Setiap pejuang konten pasti tahu,
segala sesuatunya pasti membutuhkan konsep yang matang. Tidak bisa
setengah-setengah, karena akan berimbas kepada hasil yang tidak matang. Telor
kali ah. Jadi gini, kalau penulis itu kan memproduksi tulisan, dong? Iya. Nah
tulisan itu kan berisi kata-kata, pastinya butuh asupan kosa kata yang cukup,
setidaknya hal-hal mendasar.
Sayangnya, tidak semua pejuang
konten mau menyadari itu. Dia hanya memproduksi, tanpa mengisi nutrisi otak dan
hati. Ya, ibarat kendaraan aja. Habis digunakan, terus diisi bensin biar ada
bahan bakarnya. Iya, biar bisa hidup.
Begitu juga bagi pejuang konten,
content creator atau apapun itu! Mau itu blogger, desainer, illustrator, videographer,
fotographer, you tuber, podcaster dan kawan-kawannya, perlu banget buat baca.
Kosongin gelas, isi dengan air biar berisi. Kosongkan dan buka pikiran, untuk
mengisinya dengan bacaan.
Sebentar ngga masalah. Asal
rutin. Karena konsistensi itu penting. Helloooo, gimana mau memiliki konten
yang berisi, kalau ngga diberi nutrisi? Eh, maaf kalau ngegas. Wkwk
Ketiga, kurang peka terhadap apa yang ada di sekitar
Cukup dia aja yang ngga peka.
Kamu jangan! Eh, apaan sih!
Kesalahan selanjutnya yang sering
dilakukan pejuang konten adalah terlalu sibuk mencari hal-hal yang tidak ada di
depan mata, tapi mengabaikan apa yang ada di pelupuk mata. Ada banyak ide di
sekitar rumah, tapi malah mencari ide sampai ke rumput tetangga. Padahal, ada
banyak ide berserakan yang sebenarnya ada di sekitar kamu. Sayangnya, kamu aja
yang ngga peka. Capek deh!
Sayang dong, waktu kamu habis
untuk memikirkan hal-hal besar, tanpa memulai untuk mengembangkan hal-hal
kecil. Oke, contohnya gini, kalau kamu seorang illustrator dan saat ini pusing
untuk membuat ilustrasi apa, maka lihatlah apa yang paling terdekat dari
tempatmu berada. Lihatlah sekitar. Pekalah terhadap hal-hal sekecil apapun itu.
Bukannya bisa membuat illustrasi adik yang menumpahkan susu, ibu yang sedang menjahit,
kucing yang sedang tertidur atau bisa membuat illustrasi saat butiran hujan
membasahi jendela kamarmu?
Ada yang dekat, tapi seringkali
tidak terlihat penting. Padahal jika dikembangkan, kualitas kontenmu akan lebih
unggul dan bernilai tinggi. Percayalah, peka terhadap sekitar bisa menjadi
jalan betapa mudahnya kontenmu tercipta.
Keempat, terlalu sibuk meniru gaya orang lain
Ini dia PR yang bikin pusing
tujuh keliling, pak bu!
Capek loh kalau setiap konten
selalu ingin seperti punya si A, si B atau si C. Di saat yang lain membangun
personal brandingnya, kamu masih saja meniru sepertinya. Meniru boleh, tapi
tirulah dengan cerdas. Ambil yang dirasa perlu namun modifikasi sesuai
kemampuanmu.
Kamu ingin jadi videographer seperti A, padahal kemampuanmu bisa melebihi si A. Ingin meniru gaya bicaranya,
padahal gayamu memiliki ciri khas tersendiri. Bukankah akan selalu begitu?
Rumput tetangga akan terlihat lebih hijau dibanding rumput sendiri?
Semoga kamu paham, kalau setiap
orang punya keunikannya masing-masing. So, stop meniru gaya atau konten orang
lain, kalau kamu sendiri bisa menghasilkan konten unik, menarik dan berkualitas
juga kok! Tentunya dengan versimu sendiri, ya.
Kelima, kurang mengaitkan konten dengan Pemilik Kerajaan
Inget, kita ini punyanya Allah
SWT. Kemampuan, bakat, potensi dan segala kelebihan itu bersumber dari Sang
Pencipta. Hakikatnya kita ini makluk hina dan bodoh, ngga tahu apa-apa. Terus Allah SWT berikan
otak untuk berpikir, berikan perasaan untuk merasa dan peka, dan segala macam halnya
yang begitu sempurna. Lantas jika kamu bisa menghasilkan suatu konten yang
dirasa cukup membanggakan, ketahuilah itu bukan murni dari hasil kerja kerasmu,
tapi ada campur tangan Allah di dalamnya.
Hasil fotomu, videomu, tulisanmu,
rekaman suaramu bagus? Itu sih bukan kebetulan, tapi memang sudah Allah berikan
jalannya demikian. Inget, ada peran Allah SWT yang begitu besar dalam hidupmu,
dalam takdirmu, juga dalam kontenmu.
Ngga mungkin kan, kamu tiba-tiba kepingin
nulis ini itu, kalau bukan Allah SWT yang ngegerakin hati?
Ngga mungkin kan, tiba-tiba pengen jepret dan
ambil foto ini itu, kalau bukan Allah SWT yang ngendaliin hati?
Bahkan untuk sekedar membuat konten hiburan pun, jangan lupa kaitkan dan hubungkan kepada Khaliq, minta agar orang-orang yang melihat atau membacanya merasa terhibur dan senang saat melihat kontenmu.
Ya, begitulah hidup. Segalanya harus
dikaitkan dengan Pemilik Kehidupan, Dzat Agung Lagi Mulia, Allah Subhanahu Wa
Ta’ala.
Sebelum buat konten, setelah buat
konten, bahkan ketika buat konten. Pastikan kamu udah menyinkronkan hati dan
pikiranmu kepada Rabb. Kepada Allah. Biar jalannya mudah. Ngga stuck di tengah
jalan. Juga sebagai pembuka jalan keridhoan.
Pokoknya kalau setiap kontenmu melibatkan Pemilik Kerajaan, beuh, nikmat banget. Totalitasnya bukan
lagi buat dunia, tapi juga berharap keridhoanNya. Indah banget rasanya.
Ngga percaya? Yaa… Author sih
ngga bisa maksa. Tapi kamu coba dulu, deh!
Oke, cuap cuapnya segini dulu ya…
Semoga buat kamu para pejuang
konten bisa melahirkan konten-konten yang TOP. Bukan hanya TOP di mata manusia,
tapi juga di mata Penciptanya.
See u, Guys!
0 comments