Hijrah Kok Baper?



Assalamu’alaikum pembaca budiman. Kali ini author akan berbagi catatan dari kegiatan Kislap Spesial Bekasi Berhijrah pada Sabtu, 5 Oktober 2019, yang dimulai pukul 19.30 WIB di Masjid Al Azhar Jakapermai, Kalimalang, Bekasi.

Bekasi Berhijrah ini merupakan sebuah gerakan movement. Sedangkan penyelenggara acaranya adalah Sinergi Komunitas Bekasi yang didalamnya terdapat banyak komunitas-komunitas dakwah, seperti komunitas MJWJ (Man Jadda Wa Jada), Pejuang Subuh, Indonesia Tanpa JIL, ODOJ Bekasi, Pemburu Kajian dan lainnya yang berjumlah sekitar 14 komunitas.


Jadi, Bekasi Berhijrah ini bukanlah komunitas. Hanya sebuah gerakan perubahan yang digagas oleh Sinergi Komunitas Bekasi. 

Oke, langsung aja yuk ke point pentingnya! 

Acara kali ini mengusung tema “Hijrah Kok Baper?” yang disampaikan oleh para pemateri luar biasa. Di antaranya ada Ustadz Ridho Febri selaku founder Berani Hijrah. Juga ada   ustadz Alfie Alfandi public figure (Pemain utama film Bidadari Surga yang berperan sebagai Alm. UJE atau Ustad Abdul Jefri) sekaligus sebagai founder Bikers Dakwah.  

Bicara tentang dakwah, apa sih yang akan muncul di pikiran teman-teman?

Apa tentang pakaian yang tadinya kurang tertutup lalu menjadi serba tertutup?

Atau tentang wajah yang tidak berjenggot kemudian memiliki kumis atau jenggot yang tebal disertai jubah atau gamis lengkap dengan sorban?

Bicara seputar hijrah tentu tidak ada batasnya. Maknanya sangat luas. Ngga hanya sekedar pakaian yang terlihat dari luar, tapi lebih dari itu yaitu dari hati.

Perlu dipahami bahwa dalam hidup ini sejatinya kita sedang berkompetensi dengan diri kita sendiri. Berkompetensi dengan segala hal yang ada dalam diri.

Sebelum lebih dalam membahas hijrah, mari kita cari tahu apa bukti mencintai Rasulullah SAW, kekasih Allah Ta’ala, makhluk yang paling mulia.

Karena seperti yang kita ketahui bahwa cinta tidak hanya sebatas pada lisan dan ucapan, namun harus ada pembuktian.

Nah, salah satu bukti cinta kita kepada Rasulullah SAW adalah dengan bershalawat kepadanya, menjaga sunnah-sunnahnya, membaca serta mempelajari kisah hidup Nabi Muhammad SAW (bahkan kalua perlu mengkhatamkan siroh nabawi) dan masih banyak lagi hal lainnya yang bisa dilakukan sebagai bukti kecintaan kepada Rasulullah.

Next, berbicara tentang hijrah. Apakah shalat kita sudah baik sekarang ini? Apakah teman-teman yang mengaku hijrah sudah memperhatikan shalat yang selama ini dilakukan. Shalat sendiri adalah menjaga diri dari perbuatan keji dan munkar. Namun, bagaimana kasusnya jika shalat tapi maksiat masih jalan? Pacarannya masih dilakoni, ikhtilat dan khalwatnya masih rutin dilakukan, masih suka berbohong, ghibah, dan lainnya. Jika demikian bukankah artinya shalatnya belum menjaga dia dari perbuatan maksiat. Jangan-jangan diri kita tidak paham dengan apa yang dibaca  ketika melaksanakan shalat.

Lalu, sudahkah kita yakin dengan shalat, puasa, sedekah dan ibadah kita diterima? Bagaimana pakaian, pakaian dan tempat shalat kita? Apakah sudah baik dan terjamin halal atau terhindar dari najis?

Bicara tentang hijrah. Jangan-jangan baru ngaji sekali dua kali, terus sudah pakai pakaian yang syar'i membuat diri kita merasa benar dan berilmu ketimbang orang lain. Naudzubillahi min dzalik. Ah, semoga kita terhindar dari sifat-sifat seperti itu. Jangan sampai ngaku hijrah, membuat diri kita merasa sok suci, sok bener, dan sok berilmu. Karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala lebih tahu siapa yang benar dan tidak. Karena Allah lebih tahu siapa yang benar-benar bertakwa.

“Orang shaleh belum tentu bertakwa, tapi orang bertakwa dia akan melakukan segala aktivitas yang bernilai ibadah.”

Hakikatnya hijrah adalah jalan menuju ketaatan kepada Allah dan rasulNya. Bukan tentang seberapa sholeh dihadapan manusia, tapi tentang seberapa taat ia kepada Tuhannya.

Jangan sampai seperti iblis. Meski rajin beribadah, tapi sifat sombongnya justru membuatnya diusir dari surga. Sombong, merasa lebih baik dari Nabi Adam As, ternyata mampu membuatnya terjerumus ke dalam api yang membara. Jangan sampai sifat seperti iblis) ada dalam hati kita. Merasa bahwa diri lebih baik, lebih sholeh, lebih berilmu dari orang lain.

Bagi perempuan yang mengaku sudah berhijrah, janganlah melihat perempuan yang belum berjilbab itu hina. Melihat perempuan lain jilbabnya tipis dan kamu memakai gamis dan jilbab yang tebal, lantas menganggap dirimu lebih baik. Buang sifat seperti itu. Tidak ada yang menjamin di akhir hidup dia buruk. Bisa jadi dia lebih sholehah di akhir hayatnya dari pada kamu. (Self reminder juga untuk author yang banyak dosa dan penuh alpa :( )

Hindarilah sifat iblis. Tapi teladanilah sifat nabi Adam AS. Beliau adalah hamba Allah yang rendah hati. Dan rendah hati merupakan ciri dari sifat orang yang bertaqwa. Apa bukti kerendahan hatinya? Ingatkah sahabat tentang doa Nabi Adam As, “Rabbana dhalamna anfusana wa inlam tagfirlana wa tarhamna lanaa kunanna minal khosirin.

Sekarang yang menjadi pertanyaanya, “Apa yang bisa kita lakukan untuk islam, sehingga para penghuni langit akan bangga menyambut kita nanti?”

Kalau hanya mengaku hijrah, rajin ke majlis taklim lalu merasa diri sudah paling benar. Ah, sungguh itu bukanlah hijrah sebenarnya.

Coba cek hubungan kita dengan orang tua, kakak, adek, teman dan orang-orang di sekitar kita. Katanya ngaku hijrah? Apakah akhlak dan hubungan kita kepada mereka sudah mencerminkan akhlak yang baik. Akhlak yang terpuji.

Ah, bagaimana membangkitkan islam, jika kepada saudara  seiman dan seislam saja kita tidak kenal? Bahkan, kita tidak menyapa dan berkata kepada orang yang tidak kita kenal. Sungguh, terlalu buruk interaksi kita.  (Plak, terasa tertampar diri ini)

Ada quote bagus nih dari Ustads Ridho Febri, “Iblis itu wujudnya ngga nyata, tapi sombongnya luar biasa. Manusia itu wujudnya nyata, tapi sombongnya sering ngga kerasa.” (Mak jleb super dahsyat!)

Gimana ngga kerasa sombong, saat dipuji orang kita langsung mengatakan “oh iya dong, gua gitu lho!”, “Siapa dulu? Gua gitu!” dan lainnya.  Cih, secara ngga langsung kita merendahkan orang lain, bukan?
Lantas, bagimana mengambil peran yang besar kalau di lingkungan yang kecil saja kita tidak mengambil peran?
Teman-teman, ketahuilah orang beriman itu mengikuti sifat air. Apa sifat air? Di antaranya ia turun dari atas ke bawah. Secara tak langsung sifatnya adalah tawadhu. 
Kemudian sifat air selanjutnya, jika air panas dia akan cepat dingin. Seperti itu pula orang beriman, meskipun suatu ketika dia “memanas” nanti dia juga akan cepat “dingin”. Karena dia tidak memakai otot, tapi menggunakan otak dalam bertindak. 
Selain itu, sifat air adalah menyegarkan dan menyejukkan. Dan seperti itulah keberadaan orang beriman, dia akan memberikan kesejukan bagi lingkungannya. Seminimalnya untuk diri sendiri.

Bicara tentang hijrah, ada banyak orang-orang yang memiliki kisah hijrah inspiratif. Pengalaman hijrah ini diceritakan oleh ustadz  Ustadz Ridho Febri selaku founder Berani Hijrah yang diambil dari kisah nyata orang-orang yang pernah beliau temui.

Dan jujur, cerita ini yang paling buat hati author bergetar sampai-sampai mewek. (Emang dasarnya gampang mewek. Heee)
Kisah hijrah ini dialami oleh seorang perempuan  (saat itu ia bekerja sebagai PSK dan berusia 25 tahun). Perlu teman-teman ketahui, perempuan itu adalah PSK paling senior di tempatnya bekerja. Ngga kebayang betapa sedihnya. Waktu itu, Ustadz Ridho bersama temannya datang dan booking si perempuan. Kemudian di hotel, ustadz berikan pashmina sebagai penutup kepala si perempuan. Kemudian, terjadilah perbincangan antara ustads Ridho, temannya dan si perempuan. 
Singkat cerita ustadz bertanya mengapa harus memilih pekerjaan tersebut jika ada pekerjaan yang lebih halal? Padahal gajinya tidak seberapa, sekitar 4 jutaan lah. Kalau di Ibu kota dan di Bekasi kan, orang kerja sudah dapat gaji sekitar segituan, ya? Oke singkat cerita. Si perempuan menangis tersedu-sedu. Ah, siapa juga yang ingin pekerjaan durjana seperti itu! Perempuan itu pun menangis. Butuh waktu beberapa saat bagi ustadz Ridho dan temannya untuk menunggu sang perempuan reda dari gejolak kepedihannya.
Lalu, Ustadz pinta agar si perempuan keluar dari pekerjaannya. Tapi sang perempuan menolak, lantaran dia memiliki tanggungan untuk membiayai ibu beserta adiknya. Namun, ustadz Ridho menjamin bahwa selama 3 bulan kedepan akan ditanggung biaya hidupnya oleh ustadz asalkan dia keluar dari pekerjaan haram tersebut.
Akhirnya, si perempuan setuju. Dia akan keluar dari pekerjaan tersebut. Ish, tapi memang ada saja ujiannya. Sekembalinya mereka ke tempat pertama kali menjemput si perempuan dan meminta kepada mucikarinya untuk membebaskannya. Si mucikari tersebut justru meminta bayaran dan si perempuan tersebut harus ditebus kurang lebih 25 juta. Namun dinegolah akhirnya menjadi 15 juta. Alhamdulillah, berhasil. Ia bebas dan perempuan tersebut kemudian diantarkan pulang oleh ustadz Ridho dan temannya malam itu.
Masih dengan menggunakan pashmina, sang perempuan diberikan uang 1 jutaan oleh ustadz Ridho dan temannya dan diberikan nomer beliau jika sewaktu-waktu perempuan itu butuh bantuan bisa menghubungi ustad Ridho atau temannya. Dan akhirnya, ustadzpun pulang dan si perempuan masuk ke dalam rumah. Namun, bukannya langsung istrirahat, si perempuan tersebut langsung ke kamar mandi. Dia berendam seluruh tubuh dan menenggelamkan diri ke bak mandi lantaran ingin mandi junub namun tidak tahu caranya. Sepanjang malam itu dia menangis.
Singkat cerita, hari setelahnya si perempuan mengabari ustadz Ridho bahwa ia ingin belajar mengaji. Alhasil, ustadz Ridho senang dan menyetujui. Ia pun mencari guru mengaji untuk si perempuan tersebut. Dapatlah seorang ikhwan, belum menikah dan dia merupakan guru mengajinya di tempat tinggalnya. Ditawarkan untuk mengajar ngaji seorang perempuan, dia pun setuju.
Namun beberapa waktu setelahnya ia menghubungi ustadz dan mengatakan bahwa ia takut menjadi fitnah. Dianggaplah itu suatu penolakan, dong? 
Hm, tau-taunya beliau justru memiliki itikad baik. Beliau ingin menikahi perempuan tersebut yang akan menjadi murid ngajinya. Ah, bergetarlah hati ustadz, namun beliau bertanya dan ingin memastikan bahwa guru mengaji tersebut sudah menimbang dengan pikiran matang karena yang ia nikahi adalah perempuan dengan latar belakang masa lalu yang cukup kelam. 
Namun, hati memang miliki Allah. Jodoh memang misteri Illahi. Guru mengaji tersebut justru menangis dan mengatakan siapa tahu memang beliau didatangkan kepada saya agar saya bisa membimbingnya menjadi manusia yang lebih baik.  (Asli sih, baper parah. Sinetron mah kalah!)
Oke singkat cerita, Alhamdulillah si perempuan dan sang guru mengaji menikah. Bahkan perempuan itu sekarang sudah bercadar lengkap dengan gamis syar’I, juga telah hafal beberapa juz dalam Al-Qur’an. Mulianya sang suami,  tak hanya menikahi perempuan itu, sang guru mengaji bahkan telah membebaskan teman-teman (di tempat kerja istrinya dulu) agar keluar dari tempat kerja mereka. Jumlah mereka yang dibebaskan kalau tidak salah ada 5 orang yang sudah dibebaskan. Allahu Akbar… (Auto nangis)
Masih banyak lagi kisah-kisah hijrah yang disaksikan oleh ustadz Ridho dan kemudian diceritakan kepada kami. Ada yang mantan napi, ada yang mantan homo  dan sekarang sudah hijrah bahkan hafal beberapa juz dalam Al-Qur’an. Pokoknya banyak, deh!
Sekarang mari kita renungkan, mereka yang memiliki masa lalu kelam saja sekarang hijrah dengan sebenar-benarnya. Lantas bagaimana dengan kita, yang katanya ngaku “hijrah” tapi sholat saja masih ampun susah tepat waktunya. Hafalan juga tidak seberapa. Mengaji ala kadarnya karena kebanyakan main hapenya. Apalagi ghibahin orang, beuh ngga pernah absen! 
Kesimpulannya (versi mimin), hijrah bukan tentang penampilan. Apalagi hancurlah kalau niatnya untuk dinilai benar atau suci dihadapan manusia. Cukuplah Allah SWT yang tahu kadar dan takaran seberapa benar hijrah kita. Sudahkah ikhlas karena Allah atau karena penilaian manusia?
Udah yuk berhenti merasa diri paling benar. Paling suci. Paling alim dari orang lain. Yang saat ini mungkin belum hijrah, bukan berarti dia paling buruk, bukan? Bisa jadi dia adalah orang paling alim, paling suci dan paling mulia di hadapan Allah.
Yang perempuan, jangan merasa sombong lantaran sudah tertutup dan berpakaian rapat lantas menghina dan menjauhkan perempuan muslim yang belum berpakaian syar’i. doakan saja mereka. Kita tidak tahu bagaimana iman dan takwanya di hadapan Allah SWT. Boleh jadi dia adalah hamba mulia dan berilmu dihadapanNya. Justru kita adalah manusia sombong lagi penuh hina. Naudzubillahi min dzalik.
Yasudah ya, cukup sampai di sini dulu rangkumannya. Meski sedikit semoga bisa bermanfaat. Karena apalagi yang kita cari di dunia ini jika tidak menjadi manusia yang bermanfaat untuk sesama?
Akhirul kalam, semoga kita semua menjadi hamba-hamba yang beriman dan bertakwa. Mohon maaf kalau ada banyak salah dalam penulisan atau penyampaian yang songong atau terkesan menggurui. Sesungguhnya ini hanyalah tulisan yang tidak lain dan tidak bukan sebagai intropeksi untuk diri saya pribadi.
Terakhir,  di tunggu kritik, saran atau komentarnya di kolom komentar ya, guys! Nantikan part 2 nya.

Wassalammu’alaikum.

0 comments

Promo Gajian Januari 2019