Alhamdulillah, akhirnya setelah
sekian lama berharap bertemu. Yeay, kesampaian berguru kepada para mastah dalam
bidang literasi. Allah Maha Hebat, biasanya saya cuma baca-baca buku
mereka. Selebihnya, tahu karya atau aktivitas mereka karena sosial media. Tapi, tanggal 30 September 2018, saya bertemu
langsung dengan mereka semua.
Melalui acara yang digelar oleh
KMO (Kelas Menulis Online) Indonesia, akhirnya saya bisa bertemu dan belajar
langsung dengan para penulis, pembisnis, ustadz dan para pegiat literasi yang
memang sudah “bernama” dan karyanya udah bertebaran dimana-mana! Uhuy.
Yap, acara Jumpa Penulis 2018 ini
diadakan oleh KMO Indonesia pada Minggu, 30 September 2018 di Universitas
Terbuka Conventional Center, Pondok Cabe, Tanggerang Selatan. Pematerinya jelas
tak perlu diragukan lagi kemahirannya dalam bidang kepenulisan, bahkan di
antara mereka juga berstatus sebagai pengusaha sukses.
Tulisan kali ini berjudul "Ilmu Daging Pada Acara Jumpa Penulis 2018". Tentu ini berdasarkan pengalaman yang saya rasakan saat hadir di sana.
Nah, 8 penulis yang
menjadi pembicara di Jumpa Penulis 2018 adalah Ustadz Nasrullah, Bunda Oki Setiana Dewi, Kang Dewa Eka
Prayoga, Bunda Helvy Tiana Rosa, Kang Rendy Saputra, Bunda Sinta Yudisia, Teh
Fissilmi Hamida, dan Kang Tendi Murti. Sebenarnya, ada Kang Pidi Baiq, penulis
novel ‘Dilan’ yang seharusnya menjadi salah satu pemateri juga, tapi sayang
beliau berhalangan hadir karena sedang berada di luar kota.
Oke lah ya, sebelum saya akan
membuat resume dari seminar Jumpa Penulis 2018, saya ucapkan terima kasih
kepada My Friend, Ishmah Afifah, yang udah mau diajak seru-seruan berangkat
pagi dari Bekasi menuju Tanggerang dengan KRL. Walau agak telat, tapi akhirnya
hadir juga meramaikan acara Jumpa Penulis 2018. Thank you sist! Sukses ya untuk
bisnis photobooknya. =)
Baiklah, cus langsung aja ya!
Kita bahas satu persatu isi materi dari tiap narasumber di Jumpa Penulis 2018.
Pemateri Pertama, Kang Tendi Murti
Foto Kang Tendi Saat Mengisi Materi |
Untuk kamu yang belum kenal siapa
Kang Tendi Murti, beliau adalah pendiri KMO Indonesia. Ia juga seorang penulis
buku ‘Easy Financial’ dan buku Best
Seller Nasional dengan judul 'Bukan Sekedar Nulis, Pastikan Best Seller'.
Nah, pada sesi pertama, beliau menjadi pembicara. Perlu teman-teman ketahui,
alasan kita harus menulis buku adalah karena ada banyak buku-buku jahat.
Apa sih buku jahat? Buku jahat
itu buku yang berisi hal-hal yang dapat merusak moral serta pikiran anak
bangsa. Contoh, buku-buku yang mengandung unsur SARA, Pornografi ataupun
kriminalitas. Selanjutnya, alasan kita harus menulis adalah karena minat baca
orang Indonesia itu ada di urutas ke 64. Bayangkan, gengs! 64? Sungguh miris.
Sedih awak menyadarinya. Padahal buku itu jelas-jelas jendela dunia, suplemen
yang akan menambah wawasan kita. Kebayangkan, gimana kalau kita males baca?
Kerugian seakan-akan siap menghantui.
Mengingat, budaya membaca yang
masih kurang, di sinilah peranan anak bangsa untuk membuat project-project yang
patut didukung. Di antaranya project dalam KMO, Indonesia Menulis dan
pembangunan perpustakaan Indonesia Menulis.
Oya, KMO ini punya visi yang
lumayan gampang untuk diingat, yaitu “Bermanfaat secara ilmu, Bermanfaat secara
finansial.” Wih wih wih. Mantap kan?
Lanjut, ya!
Pemateri Kedua, Bunda Sinta Yudisia
Foto Bunda Sinta Saat Mengisi Materi
Jangan bilang kamu ngga kenal
bunda Sinta Yudisia ya? Karena kiprahnya sebagai penulis dan psikolog tak perlu
diragukan lagi deh. Joss Banget! Salah satu novelnya adalah 'Reinkarnasi'. Ia
juga pernah menjabat sebagai ketua FLP (Forum Lingkar Pena Pusat). Bahkan
karena kepiawaiannya dalam literasi, sang bunda telah berkunjung ke Korea,
Jepang, Gaza, Mesir, Maroko, dll.
Fantastis!
Beliau membawakan materi yang
berjudul 'Sastra santun & perdamaian literasi'. Kata bunda Sinta, “Salah
satu hal yang merubah hidup adalah dengan membaca buku.” Nah, garis bawahi.
Baca buku, guys! Bukan baca status orang. Hahaha.
Selain itu, dalam membaca buku
usahakan selalu membaca buku-buku yang bermanfaat. Yang mengandung nilai
positif. Karena jika kita mengonsumsi hal negatif, maka akan mengeluarkan hal negatif
juga.
Bagi teman-teman yang ingin
menjadi penulis, upayakan menjadi penulis yang berani untuk mengungkap
kebenaran. Lalu, apa aja sih kunci sebagai penulis? Ada banyak, lho. Di antaranya
adalah konsisten, mandiri, dan berani membuat konten yang bisa menciptakan tema
dan gaya cerita yang menarik.
Saking pentingnya peranan penulis,
bahkan ada kutipan yang mengatakan, “Sehebat apapun Anda, Anda bukanlah orang
hebat jika tidak menulis”. Jleb!
Pemateri Ketiga, Bunda Helvy Tiana Rosa
Salah satu pemateri yang saya
kagumi adalah bunda Helvy. Beliau adalah seorang novelis dan bisa dikatakan
juga seorang penyair. Salah satu novelnya adalah 'Ketika Mas Gagah Pergi'.
Novelnya pernah saya baca dan itu cukup membuat hati terombang-ambing. Huahaha.
Bunda Helvy ini rupanya tak hanya
keren dalam berkarya, tapi juga keren dalam pendidikan. Rupanya, beliau adalah
salah satu jebolan S1 Sastra UI dan S2 Ilmu Budaya UI. Ngga nanggung-nanggung,
bahkan beliau telah menempuh S3 Pendidikan di UNJ. Hebat bun!
Oke, pada kesempatan ini, beliau
mengisi materi yang berjudul 'Semua Berawal dari Puisi'.
Kata bunda Helvy, ketika kita
jatuh cinta dan patah hati, maka Anda akan mampu menulis puisi yang bagus. Menulis
puisi ada banyak manfaatnya, lho! Salah satunya adalah memperbaiki hubungan
dengan orang tua. Puisi juga merupakan snack writing yang paling menarik.
Apa? Snack writing? Iya. Snack
writing itu salah satu cemilan dalam menulis. Contohnya, saat kita menulis
status di FB, menulis caption di Instagram atau Twitter. Tapi, yang ditulis
jangan keluh kesah ya, guys. Keluh kesah mah di atas sajadah, bukan di atas
status. Uwehehe.
Ada satu moment, dimana bunda
Helvy menayangkan video dengan judul Tahajjud. Jadi, Tahajjud itu sebenarnya
adalah puisi karangan bunda Helvy untuk
suaminya yang kemudian diubah menjadi lagu oleh seorang musisi. Pertama kali
dengar puisi yang udah diubah jadi musikalisasi tersebut, saya langsung jatuh
hati. Bagus deh. Kata-katanya singkat, tapi cukup ngena di hati.
Gara-gara
dengerin puisi bunda Helvy pas seminar, langsung saya mendadak ngerasa jadi
penyair, wuahaha. Karena tiba-tiba langsung suka segala hal tentang puisi.
Bahkan, sempat terbersit untuk membuat puisi juga. Oya, Kalau kalian penasaran
tentang puisi Tahajjud bunda Helvy, coba deh cari aja di instagram kumpulan puisi
bunda Helvy.
Bagi bunda Helvy, karya sastra yang
baik adalah yang mengandung kebenaran, keindahan dan keterharuan. Dan, yes.
Saya juga setuju banget, bun!
Pemateri Keempat, Ustadz Nasrullah
Foto Ustadz Nasrullah Saat Menyampaikan Materi |
Selain sebagai tokoh masyarakat,
ustadz Nasrullah juga seorang penulis buku 'Rahasia Magnet Rezeki'. Dari buku
tersebut, kita mempelajari tentang keajaiban, rezeki dan solusi dalam masalah
hidup. Banyak orang-orang yang telah membaca bukunya, mampu mengubah hidup para
pembacanya.
Bagi Ustadz Nasrullah, “Setiap
kisah hidup manusia adalah kumpulan-kumpulan keajaiban”. Nah, salah satu hal
yang dibahas ketika seminar adalah tentang rezeki.
Percaya atau tidak, rezeki yang
Allah berikan kepada hambaNya itu sebenarnya ada banyakkkk sekali. Jika
diumpamakan seperti air bah. Namun, sadarkah kita? Justru kita sendirilah yang
membuat perisai rezeki tersebut ada dan menghalang-halangi kita untuk memperolehnya.
Perisai itu bernama DOSA. Dosalah, yang bikin rezeki jadi dapatnya dikit, seret
dah istilahnya.
Kita banyak doa, ‘Ya Allah, berilah
hamba rezeki yang banyak.’ Tapi sayang, dosanya dibawa-bawa terus. Dipikul
kemana-mana saking banyaknya. Karena apa? Karena perbuatan keji dan munkar
masih aja dilakuin. Riba masih dikerjain, berbohong sama orang tua, atau malah
berani berbuat maksiat baik terang-terangan ataupun sembunyi.
Nah, yang kaya gitu, gimana
rezekinya ngga mandek? Hm, istilahnya ya dapat tapi cuma dikit-dikit. Wong,
perisai rezekinya besar. Dosanya gede. Jadinya ya gitu, rezekinya ketahan-tahan.
Sedih, marah, terharu, bergetar
saat mendengar materi dari beliau, ustadz Nasrullah. Karena memang benar,
setiap katanya seakan jleb jleb dan jleb. Tepat sasaran. Semua pembahasan
tersebut bahkan dibahas dalam channel telegram beliau di t.me/audiomagnetrezeki
dan t.me/rahasiamagnetrezeki. Silahkan ikuti, InsyaAllah banyak banget ilmu
bermanfaat yang bisa kita gali.
Oke, lanjut ya..
Pemateri Kelima, Ustadzah Oki Setiana Dewi
Jujur, pertama kali kenal beliau
pas ustadzah Oki main di film Ketika Cinta Bertasbih sebagai Anna Rif’atunnisa.
Eh, maksudnya Anna Althafunnisa. Hehehe. Beliau ini rupanya tak hanya sebagai
aktris, tapi juga seorang penulis buku. Salah satunya adalah buku ‘Melukis
Pelangi’.
Tak hanya cantik dan murah senyum,
meski sibuk sebagai ibu dari ketiga anak. Ia juga masih aktif sebagai pendakwah
dan pengusaha dalam bidang fashion, kuliner, dsb. TOP BGT!
Rupanya, sepak terjang ustadzah
Oki Setiana Dewi dalam kepenulisan dimulai sejak usia 12 tahun. Sejak dulu, ia
rajin menulis di buku harian. Bahkan di usianya yang ke 25 tahun. Tak
main-main, bahkan ia juga gemar membaca hingga memiliki perpustakaan dari
kecil. Bakatnya dalam berbisnis, ternyata telah ada sejak kecil, ia mulai
berjualan hasil tulisan tangannya. Ia menulis dari apa yang ia senangani. Dan menulis
adalah sebagai bukti rasa syukurnya kepada Allah Ta’ala.
Ada tips menulis dari ustadzah
Oki Setiana Dewi nih, yaitu: 1) Niatlah untuk berbagi kebaikan; 2) Perbanyaklah
membaca buku; 3) Sebagai bentuk kedekatan kepada Allah; 4) Menulislah setiap
hari; 5) Cari tempat yang nyaman agar bisa fokus untuk menulis.
Percaya atau tidak, kedekatan
kita kepada Allah akan mempengaruhi hasil tulisan. Masya Allah, love it. Oya,
meskipun kesibukannya begitu padat sekali, tapi beliau punya target juga lho
dalam menulis buku. Kedepannya, ia berharap bisa membuat buku tentang parenting
dan anak-anak. Kita doakan yuk, semoga segera terwujud.
Pemateri Keenam, Teh Fissilmi Hamida
Foto Sesi Materi Teh Silmi dan Ustazah Oki Setiana Dewi
Perkenalkan, beliau adalah
penulis novel ‘Canting’. Bagi teh Silmi, untuk menulis dibutuhkan riset dari
bahan bacaan, wawancara, kontak narasumber yang bisa dihubungi. Bahkan, sebuah
brosur juga bisa dijadikan bahan riset untuk menulis.
Waktu ada sesi tanya jawab, ada
pertanyaan seperti ini, “Bagaimana agar tulisan tidak buyar?” Jawabannya adalah
menulislah dengan outline, agar tidak berubah-ubah. Lalu, sebelum outline
dibuat, banyak-banyaklah membaca. Terakhir, istiqomahlah dalam menulis. Jangan setengah-setengah.
Misal tulisan pertama belum selesai, eh udah loncat ke tulisan yang lain. So,
fokuslah dulu dengan satu tulisan ya.
Oya, ada quote menarik nih dari teh
Silmi, “Salah satu cara menikmati hidup adalah dengan menertawakan hidup.”
Pemateri Ketujuh, Kang Dewa Eka Prayoga
Kang Dewa Saat Mengisi Materi |
Tokoh inspiratif, jawara digital
marketing, penulis buku-buku bisnis, pengusaha, yang memiliki kisah hidup luar
biasa. Sempat terlilit hutang sebesar 7,7 M namun berhasil bangkit atas kerja
keras dan dukungan dari orang-orang terdekat. Tentu, atas kemurahan Allah juga.
Kebetulan, saya punya novel Kang Dewa, yang berjudul 'Bidadari Untuk Dewa' yang
bacanya itu bikin berurai air mata, marah, kecewa, terharu, dan perasaan
lainnya. Kisah hidup yang benar-benar memotivasi bagi siapapun yang membaca
atau mendengarnya.
Nah, pada sesinya, Kang Dewa
sempat berkata, “Kalau malam nulis, siang bisnis.” Yang kaya gini nih, harusnya
ditiru anak muda. Biar, sukses sedari dini.
Setiap orang yang ingin menulis,
pasti harus memiliki niat dong. Nah, bagaimanakah pentingnya niat dalam
menulis? Pertama, jadikanlah niat menulis sebagai cara agar memberi manfaat
kepada banyak orang atau memberi kebaikan untuk orang lain. Kedua, perbanyaklah
membuat kebaikan, termasuk dalam menulis buku. Ketiga, jadikanlah menulis tak
hanya untuk passive income, tapi sebagai jalan untuk memperbanyak passive
pahala, atau warisan. Intinya, jangan jadikan menulis untuk sekedar mengejar
materi.
Pemateri Kedelapan, Kang Rendy Saputra
Pemateri yang satu ini
adalah seorang founder dari Sarikat
Saudagar Nusantara. Ia juga seorang penulis buku dengan judul ‘Narasi Negeri
Berdaya’. Menurut Kang Rendy, negeri ini hanya bisa diselamatkan oleh penulis.
Juga, negeri ini akan berhasil karena anak bangsa Indonesia. Sebab dengan
menulis, membuat buku, dan membuat narasi adalah awal lahirnya negeri berdaya.
Ada 5 narasi yang dibutuhkan agar
negeri ini berdaya. Kelima narasi tersebut adalah narasi sebagai bangsa
komunal, narasi ekonomi, narasi pendidikan, narasi pertahanan, dan narasi
politik.
“Sulitnya produk nasional
bersaing dengan produk asing. Tidak lenturnya regulasi terhadap alam dunia
usaha. Tidak terciptanya masyarakat yang punya daya beli. Dan kesemuanya itu
bermuara pada rendahnya tingkat kesejahteraan. Akhirnya kita menyadari bahwa
tugas memperbaiki negeri ini bukanlah tugas pemerintah semata, namun juga tugas
kita semua sebagai anak bangsa.” Ujar Kang
Rendy.
“Lalu bagaimana cara bangsa ini
agar bisa mengejar ketertinggalan bangsa-bangsa maju? Bagaimana caranya agar
kita tidak hanya berjalan tetapi juga bisa berlari mengejar mereka? Bagaimana caranya
agar kita tidak sekedar cepat, tetapi juga melakukan percepatan dalam
pembangunan? Jawabannya tidak lain dan tidak bukan adalah: NARASI.”
Foto Kang Dewa, Peserta, Kang Rendy, dan Kang Tendy (Dari kiri ke kanan) |
Begitulah sedikit materi dari
sekian banyak ilmu daging yang Kang Rendy sampaikan. Untuk info lengkapnya
silahkan baca atau beli buku “Narasa Negeri Berdaya” yang ditulis langsung oleh
beliau ya. InsyaAllah tak hanya membuka sudut pandang kita, tapi juga membuat
kita untuk bergerak lebih maju menuju Indonesia yang berdaya!
Foto bersama Beberapa Pemateri, MC dan Peserta JP 2018 |
Pada akhirnya, tulisan ini dimuat
dalam rangka syukur serta bahagia karena telah bertemu dan belajar langsung
kepada 8 penulis yang super inspiratif dan berprestasi. Semoga saya dan
teman-teman tetap semangat untuk menulis dan menebar kebaikan!
Mohon maaf apabila ada kesalahan,
kealpaan atau kekurangan. Silahkan tinggalkan jejak atau pesan di kolom
komentar ya!
Sumber Foto: Dokumentasi pribadi dan dokumentasi teh Ernawati Lilys, Panitia JP 2018, Tim KMO Indonesia
0 comments