Pernah ngga sih kamu kepikiran
untuk bisa nerbitin buku? Ada karya kamu yang terpampang di rak toko buku yang sudah
punya nama. Pastinya, namamu akan terukir indah di depan cover buku sebagai penulisnya.
Wah, keren ya?
Apalagi kalau buku tersebut bisa
jadi best seller? Wah, sujud syukur ini mah. =)
Namun, sebelum melangkah untuk
berhasil nerbitin buku. Ada baiknya kamu latihan dari hal-hal sederhana dulu.
Misalnya menulis di blog. Selain itu, kamu juga perlu semangat dan niat yang
kuat. Supaya nanti, kamu ngga berhenti gitu aja di tengah jalan. Sayang kan,
kalau naskah kamu yang kece tapi ngga lanjut karena alasan kurang semangat menulis.
Nah, setelah itu semua sudah kamu
miliki. Yuk, kita pelajari 5 tips menulis naskah non fiksi yang patut kamu coba!
1. Membiasakan Menulis Artikel Singkat antara 400-600 Kata Perhari
(via Pixabay) |
Menulis adalah jembatan utama agar mimpimu menjadi penulis buku segera terwujud. Kamu harus menulis dari waktu ke waktu. Nah, salah satu tips agar kamu bisa menulis naskah non fiksi adalah dengan membiasakan menulis artikel ringan dengan jumlah kata sekitar 400-600 kata perhari.
Ingat perhari, bukan seminggu sekali. Apalagi sebulan sekali. Duh, kalau nulis
yang singkat-singkat aja ngga konsisten. Gimana mau nerbitin buku mak? Huhu.
Jika dalam
sehari, kamu berhasil menulis 400-600 kata dengan konsisten. Ke depannya, kamu
akan lebih enjoy saat menulis yang jumlah katanya lebih dari itu. So, cobalah membiasakan
untuk membuat tulisan sederhana seperti artikel. Nanti jika sudah terbiasa, coba tambah lagi jumlah
katanya. Misal 800-1000 kata.
. 2. Membuat Sebuah Outline
Outline atau
kerangka karangan adalah hal penting yang tak boleh dilewatkan jika kamu ingin
menulis. Baik nantinya menulis non fiksi atau fiksi. Fungsi outline itu sendiri
adalah agar tulisan yang akan kamu buat nanti tersusun dengan baik dan tidak
keluar dari garis besar. Istilahnya
tulisanmu nanti akan terstruktur. Sehingga kamu akan lebih mudah
menuntaskannya.
Saat kamu menulis
naskah non fiksi, outline akan membuatmu cepat untuk menuangkan gagasan dari
satu bab ke bab yang lain. Isi dalam setiap bab pun akan lebih mudah tertulis
karena outline tersebut. So, buatlah outline dahulu ya.
3. Melengkapi Outline dengan Buku yang Berkaitan
(via Pixabay) |
Selanjutnya,
dalam menulis naskah non fiksi agar dirasa mudah dan menyenangkan, kamu perlu
tahu dong kira-kira buku seperti apa yang bisa menjadi referensi untuk
tulisanmu?
Contoh, kamu
membuat naskah tentang kenakalan remaja. Maka kamu harus cari buku yang sesuai
dengan pembahasan tersebut. Misal buku A tentang remaja. Buku B tentang efek
kenakalan remaja. Buku-buku tersebut sudah pasti akan sangat membantumu untuk
menulis dari satu bagian ke bagian yang lain.
Di samping itu,
ketahuilah, membaca dan menulis itu ibarat sebuah pasangan. Jomblo dilarang
baper! Hahaha. Iya, contohlah seperti sepasang sepatu. Tidak akan bisa dipakai,
bila yang satu tidak ada. Nah, menulis dan membaca juga seperti itu. Keduanya
adalah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. So, banyak-banyaklah membaca
bila kamu ingin tulisanmu apik dan disenangi oleh para pembaca.
4. Menulislah dengan Rasa Cinta
Ah, cinta.
Rasanya setiap kondisi, cinta selalu dibutuhkan. Eit, tapi kamu juga perlu tahu
lho! Sesuatu yang kamu lakukan karena memang kamu menyukainya, itu akan
membuatmu lebih mudah menjalankannya. Termasuk menulis. Terutama saat kamu
menulis naskah non fiksi yang ditargetkan ratusan halaman. Tentu ini tidak
mudah, bila kamu menulisnya dengan berat hati.
Sebab akan beda
rasanya, bila kamu menulis dengan sepenuh hati. Sepenuh jiwa. Kamu akan lebih
mudah menguraikan tiap katanya. Jari-jarimu pun akan lebih cepat menuliskannya.
Namun, satu hal yang perlu ditandai adalah jangan biasakan diri untuk mengedit
tulisan di sela-sela menulis! Biarlah itu menjadi urusan belakangan. Yang
penting tulislah dulu sepenuh hatimu.
5. Mengadakan Wawancara dengan Narasumber Terkait
Wawancara di
sini tidak sekedar tanya jawab kepada orang lain. Tapi narasumber yang perlu
kamu wawancarai adalah mereka yang memang sesuai dengan outlinemu. Misal, kamu
menulis naskah tentang bisnis, maka narasumber yang bisa kamu ajak wawancara
adalah mereka yang memang sudah menggeluti dunia bisnis dalam waktu tertentu.
Contohnya adalah Kang Dewa Eka Prayoga.
Lain lagi
ceritanya, bila kamu ingin menulis naskah tentang dunia parenting, kamu bisa
mewawancarai orang terdekat yang memang sudah memiliki anak, ibu-ibu di
komplek, atau blogger-blogger parenting yang tersebar di dunia internet.
Pastinya, dengan
mewawancarai narasumber yang tepat akan membuat tulisanmu lebih “bernyawa”.
Karena materi tidak hanya didapat dari buku-buku yang bisa dijadikan referensi,
tapi juga dari pengalaman orang lain.
Wah, kalau sudah
tahu tips menulis naskah non fiksi dengan mudah dan menyenangkan, ngga ada
alasan lagi dong bagimu untuk menunda menulis? Sekali lagi, menulis itu mudah
dan menyenangkan kok!
Yuk, tunggu
apalagi. Mulailah dari sekarang!
0 comments