Sahabat yang mudah-mudahan dirahmati Allah Ta’ala.
Pernah nggak sih, kamu bertanya kepada diri sendiri, “Apakah saya termasuk orang yang pandai beryukur?” atau “Apakah saya termasuk orang yang bersabar?”. Nyatanya, sebagian diantara kamu mungkin pernah bercakap dengan diri sendiri. Memastikan sudahkah diri ini memiliki sifat-sifat tersebut?
Namun, siapalah kita? Kita hanyalah manusia yang selalu haus akan penilaian. Boleh-boleh saja menerima penilaian dari orang lain. Tentu sebagai bahan evaluasi agar diri kita bisa menjadi lebih baik.
Tapi perihal amal sholeh. Perihal ibadah. Biarlah semua menjadi penilaian Allah Yang Maha Esa. Lalu, sebenarnya seperti apa orang yang bersyukur itu? Dan seperti apa orang yang bersabar?
Maka, dalam hadist disebutkan, Rasulullah Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, yang artinya:
“Dua hal apabila dimiliki oleh seseorang dia dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) dia melihat kepada yang lebih tinggi lalu meniru dan mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat kepada yang lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi kelebihan.” (HR. Tirmidzi)
Nah, seperti itu sahabat. Allah mencatat seseorang sebagai makhluk yang bersyukur dan sabar bilamana untuk urusan agama dia melihat kepada yang lebih tinggi. Dan, urusan dunia dia melihat kepada yang lebih rendah.
Jangan kebalik. Urusan dunia melihat ke atas. Urusan akhirat melihat ke bawah. Bukannya tergolong sebagai hamba yang pandai bersyukur, alih-alih malah menjadi sosok hamba yang kufur. Naudzubillahi min dzalik.
Dan sebagai muslim sejati, kita harus menerapkannya dalam hidup. Perihal urusan dunia, kita harus melihat ke bawah. Jangan mengeluh hanya karena hari ini cuma makan telor dan kecap. Lihatlah di luar sana, ada yang hanya memakan garam dan nasi. Ada yang memakan makanan basi. Bahkan ada yang berhari-hari tak makan sama sekali.
Pun dalam urusan akhirat. Kita haruslah melihat kepada yang lebih tinggi soal ilmu dan amal ibadahnya. Jangan berbangga diri, karena sudah khatam 1 juz satu hari. Jangan senang hati, karena sudah sholat lima waktu dan rajin sedekah tiap waktu. Sampai tak sadar, benih-benih kesombongan tumbuh dari hari ke hari.
Tugas kita adalah senantiasa melihat dan mencontohkan para guru, alim ulama, asatidz dan asatidzah perihal ilmu dan ibadah yang beliau lakukan. Karena di atas langit masih ada langit. Peracayalah, dengan terus mengikuti jejak mereka, InsyaAllah kita bisa menjadi golongan yang memiliki sifat syukur dan sabar.
Jadi, sudahkah tanyakan dirimu. Apakah kamu telah menjadi hamba yang bersyukur? Dan apakah dirimu telah menjadi makhluk yang bersabar?
Allahu’alam.
Note: Tulisan ini juga dimuat di bit.ly/pemudakahfi
Baca juga tulisan lainnya, disini.
0 comments