Sahabat yang mudah-mudahan dirahmati oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Kini kita tiba pada musim penghujan. Mungkin
ada yang merasa senang dengan datangnya hujan atau mungkin ada yang tak senang.
Senang karena tanaman-tanaman terlihat segar disiram air hujan, diairinya lahan
bertani,membersihkan jalan dari debu dan polusi, hingga memberikan kesejukan
bagi manusia. Adapun yang tak senang boleh jadi karena harus membatalkan janji,
basah kuyupnya tubuh di perjalanan, dan lain hal.
Hujan adalah anugerah dari Allah untuk semesta dan isinya. Bila
berani mencela, memaki atau menghina hujan yang turun sama halnya kita mencela
Pencipta hujan, Allah Azza Wajalla.
Dan itu artinya kita berdosa akibat mencelanya.
Dalam sebuah hadis qudsi, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Allah Swt berfirman, artinya:
“Manusia menyakiti Aku; dia mencaci maki masa (waktu), padahal Aku adalah
pemilik dan pengatur masa, Aku-lah yang mengatur malam dan siang menjadi silih
berganti.” (HR. Bukhari no. 4826 dan Muslim no. 2246, dari Abu Hurairah)
Dengan demikian, seorang anak Adam atau manusia telah berlaku
zalim kepada Allah, Pemilik dan Penguasa langit dan bumi, bilamana dia mencaci
waktu baik siang atau malam, termasuk bila menghina cuaca, seperti hujan.
Karena bila kita menghina ciptaanNya seumpama kita menghina Penciptanya, Allah
Ta'ala.
Tentu kita semua menyadari andaikan tak ada hujan atau air di
bumi ini tentu kita akan haus dan kekeringan, tanaman akan mudah layu atau
mati, debu di jalanpun begitu tebal. Maka sudah sepatutnyalah kita bersyukur
atas karunia yang telah Allah berikan pada kita, hambaNya.
Berhenti mencela waktu, masa, cuaca dan apapun yang ada di muka
bumi ini. Termasuk hujan. Jangan jadikan lisan kita sebagai jembatan pada
lembah kehinaan atau kezaliman, baik kepada Allah Ta’ala atau kepada sesama.
Mari bersyukur dan nikmati tiap tetesan hujan. Rasakan keindahan
dan kesejukannya. Karena tiap butir hujan yang jatuh ke bumi adalah bukti cinta
Illahi yang patut kita syukuri,
Wallahu’alam.
Tulisan ini juga dimuat di bit.ly/pemudakahfi
0 comments