Sinar matahari kala siang hari di awal bulan Ramdhan saat itu
terasa amat menyengat, panasnya mampu membuat peluh di dahi Ika bercucuran. Ia merasa sangat haus. Saat
matanya menangkap seorang pedagang es
krim yang sedang menjajakan jualannya terhadap orang yang berlalu lalang, Ika
menghampirinya.
“Bang es krim,
es krimnya ada rasa coklat ga?” Tanya seorang anak perempuan kecil berjilbab biru itu.
“Oh, ada kok
neng? Mo beli berapa?” Jawab seorang
bapak yang ternyata adalah penjual es.
Bertepatan
dengan itu, seorang wanita berjilbab paruh baya tak sengaja melihat gadis
mungil itu.
“ Loh, sayang… kamu ngapain disini? Katanya
kamu puasa? Ayoo mana janjinya sama ayah dan ibu?” tegur wanita itu dengan
lembut. Ika yang sedang sibuk menghitung beberapa uang receh di tangannya, tiba-tiba tersentak kaget. Dan ketika matanya
bertemu dengan mata indah milik ibunda tercinta, ia gugup dan merasa malu.
“Eh ada ibu,
hehehe…. Ika hausss banget bu.” Ucap Ika berterus terang sembari menyengir
lebar, menampilkan dereta gigi-gigi yang putih
dan rapi.
“Iya sayang,
bunda ngerti ko. Bunda juga haus. Tapi bunda kan tahu bahwa puasa di bulan
Ramadhan itu adalah kewajiban bagi tiap muslim dan muslimah. Dan apakah Ika
seorang muslim?” jelas bunda panjang lebar lalu bertanya dan menatap putrinya.
“Iya bu,,”
jawab Ika tertunduk.
“Ika pilih
mana haus di dunia yang sementara atau kehausan selamanya di akhirat?” Tanya
ibu Ika lagi.
“Ika ga mau
kehausan yang selamanya bu. Ika kan ga kuat haus dan lapar…” Jawabnya manja.
“Ya itu tandanya Ika harus memilih haus di dunia daripada nanti haus
di akhirat. Berarti Ika harus puasa dulu di dunia, supaya tidak merasa haus dan
lapar di akhirat. Yaa sayang .. “ lanjut wanita berjilbab itu sembari mengusap
lembut kepala putrinya yang baru menginjak umur tujuh tahun.
Gadis mungil itu terdiam cukup lama. Ia mencerna kata demi kata
yang mengalir indah dari mulut sang ibu tercinta. Tanpa menunggu lama Ika mendekati penjual es itu. Lalu tersenyum
lebar dengan menampilkan giginya yang putih.
“Maaf ya bang es krim, Ika belinya nanti aja
deh kalo Ika udah selesai puasanya.” Jelasnya kepada pedagang es krim itu.
Dengan sabar penjual es krim itu mengangguk, mengiyakan.
Akhirnya, seorang ibu bersama putri kecilnya itu saling bersitatap, saling melempar senyum
dan bergandengan tangan. Mereka berdua pulang bersama dan tertawa riang.
Quote behind story: Setiap ibu selalu punya cara untuk mendidik anaknya. Karena seorang ibu adalah madrasah pertama untuk generasinya. Untuk itu berikanlah pendidikan sebaik dan sedini mungkin, terutama untuk urusan agama.
0 comments