Gambar 1: Data Penduduk Miskin Maret 2017 Sumber BPS |
Seperti
yang kita ketahui, kemiskinan tidak lahir begitu saja. Beberapa faktor menjadi
alasan terbentuknya garis-garis kesusahan dalam nilai sosial. Seperti
pendidikan yang kurang, minimnya keterampilan, bertambahnya pengangguran, rendahnya
rasa kepeduliaan dari sesama,dll. Tanpa kita sadari sifat kesenjangan sosial
semakin nampak. Ketimpangan antara yang satu dan yang lain semakin terlihat.
Seakan ada pembatas antara si Kaya dan si Miskin. Yang kaya enggan bergaul
dengan yang kurang. Yang kekurangan malu untuk bersosial bersama yang berlebih.
Konflik utama belum berkesudahan, timbul masalah sosial lainnya.
Dalam
hadist disebutkan, Dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda “Sesungguhnya Allah Swt tidak melihat kepada
rupa kalian dan harta kalian, akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amal
perbuatan kalian.” (HR. Muslim)
Sebagai
seorang muslim kita perlu merenung dan berpikir, apa yang harus dibanggakan
dengan harta yang kita miliki. Jika pada akhirnya semua itu ditinggalkan dan
tidak dibawa sama sekali, kecuali amal soleh. Betapa mirisnya jika kita hidup
serba melimpah namun tetangga atau saudara-saudara kita harus berjuang dalam
hidup serba kekurangan. Minimnya rasa empati jika kita hanya menyaksikan
penderitaannya tanpa mengulurkan bantuan sedikitpun.
Miskin
yang sesungguhnya adalah miskin hati. Saat melihat orang-orang disekitar
membutuhkan bantuan, tapi kita acuh seolah tak melihat kesukaran yang mereka
rasakan.
Jika bukan
kita yang memperdulikan mereka, siapa lagi?
Jika bukan
kita yang memberikan partisipasi, siapa lagi?
Maka alangkah
indahnya jika kita menjadi pahlawan demi sebuah perubahan. Perubahan menuju
hidup yang lebih layak, lebih baik dan lebih berarti bagi mereka, saudara kita.
Karena bahagia yang sebenarnya adalah saat kita mampu membangun kebahagiaan
untuk orang lain.
So, let’s
be a hero zamannow!
Berbicara
tentang perubahan, tentu segalanya harus dimulai dari awal, dari yang terkecil.
Sebab nantinya yang kecil akan menghasilkan sesuatu yang berdampak besar di kemudian
hari. Maka hal yang pertama harus diperbaharui adalah sisi kemanusiaan.
Setiap orang
tentu berhak untuk memiliki unsur A3 dalam hidupnya. Asah, asih dan asuh
sebagai landasan pokok kemanusiaan. Asah yang berarti keperluan untuk mendorong
mental seseorang. Sedangkan asih keinginan yang datang dari perasaan atau
jiwa seseorang. Terakhir, asuh yaitu kebutuhan hidup seperti keperluan sandang,
pangan dan papan yang mencukupi.
Tentu
sebagai bentuk kepedulian, ada banyak hal yang bisa kita lakukan. Diantaranya
adalah mengadakan aktivitas sosial yang mencakup pola A3. Dan disini, pembangunan sanggar belajar dengan penerapan sistem A3 adalah salah satu solusi
yang dapat memangkas persentase kemiskinan di Indonesia.
Sanggar
belajar ini didirikan oleh pemerintah untuk masyarakat umum, terutama kaum
dhuafa. Sanggar ini berisi kegiatan sekolah-sekolah pada umumnya, namun lebih
ke dasar. Membaca, menulis dan menghitung. Hal ini dibuat semata-mata
meminimalisir tingginya persentase masyarakat yang buta huruf.
Untuk kelas
terbagi menjadi tiga. Kelas membaca, kelas menghitung dan kelas menulis. Dalam
satu kelas dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok A untuk anak. Kelompok B
untuk remaja. Kelompok C untuk dewasa. Kelas menulis dan menghitung juga
demikian, terbagi menjadi tiga kelompok dengan konsep yang sama. Sanggar dibuka
setiap hari Senin-Jumat.
Adapun tenaga pengajar adalah mahasiswa dan guru
sukarela. Karena seperti yang kita ketahui, mahasiswa berada dalam kondisi
pematangan wawasan dan tentunya memiliki pengalaman yang cukup. Ditambah lagi
membantu para mahasiswa untuk terjun dalam dunia masyarakat yang lebih luas,
sehingga pola pikirnya akan berkembang lebih matang. Adapun guru sukarela
adalah masyarakat umum yang memiliki pendidikan dan pengalaman yang baik. Guru
sukarela ini juga harus memiliki waktu khusus untuk mendedikasikan dirinya pada
masyarakat. Sebab guru sukarela bertugas sebagai pembimbing para mahasiswa
sekaligus rekan mengajar di sanggar.
Disebut sanggar belajar karena pendidikan
yang dibentuk berbasis non formal, dengan begitu setiap tenaga pengajar
memiliki kebebasan dan keterampilan untuk memberikan konsep pembelajaran sesuai
kreativitasnya.
Program
Keterampilan remaja dan dewasa (Memasak, melukis, membuat kerajinan tangan,
menjahit). Prograram
keterampilan ini masih dalam naungan sanggar belajar yang sama. Hanya objeknya
lebih terfokus kepada remaja dan orang dewasa. Salah satu faktor kemiskinan
adalah rendahnya keterampilan sehingga saat mereka tidak mendapatkan pekerjaan
akhirnya menjadi pengangguran semata.
Gambar 4: Program Keterampilan di Sanggar Belajar |
Zaman dewasa ini, sebenarnya peluang
usaha justru terbuka lebar untuk siapapun, dimanapun dan kapanpun. Era digital
ini sudah menjamur luas dikalangan masyarakat tanpa memandang status. Hal
inilah yang nantinya akan memberikan peluang usaha bagi mereka-mereka yang
terampil. Untuk itu dibuatlah program khusus keterampilan seperti memasak,
melukis, menjahit dan membuat aneka kerajinan tangan. Dengan lebih mengenal dan
menguasai usaha atau bisnis, akan mengubah paradigma masyarakat bahwa bekerja
itu memiliki makna yang luas.
Sebab itu program keterampilan ini dipimpin oleh
para pengusaha atau pembisnis yang berhasil di bidangnya masing-masing.
Diadakan setiap hari sabtu setiap pekan. Dengan begitu selain menimba ilmu,
para masyarakat yang kurang mampu juga akan mengambil pengalaman dari
kegiatan-kegiatannya bersama para pengajar. Harapan besar pendidikan bisa
dinikmati dan dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, tanpa mengenal strata,
jenis dan usia. Sehingga setiap orang memiliki kemampuan dan keterampilan yang
dapat dimanfaatkannya.
Kelas
ini diadakan setiap hari minggu di sanggar belajar. Selain konsultasi tentang
masalah-masalah yang terjadi, mereka juga bisa berdiskusi tentang kelas belajar
atau keterampilan yang dipelajari. Tentunya pola asih dengan kelas konsultasi
ini dipimpin oleh tokoh masyarakat, lembaga, serta guru sukarela dan mahasiswa yang
mengajar. Konsultasi ini penting untuk mengindahkan program-program yang
dijalani serta sebagai bentuk kepeduliaan terhadap masalah-masalah mereka.
Tentu dengan harapan kelas konsultasi ini akan membenahi pola pikir, emosional
dan karakter-karakter masyarakat yang kurang mampu. Yang mana notabennya setiap
orang butuh sandaran atau penasihat untuk memberikan arahan dalam hidupnya.
Gambar 5: Kelas Konsultasi di Sanggar Belajar |
Inilah
dasar dan tujuan dibentuknya kelas konsultasi berdasar asih. Kasih mengasihi,
berbagi dan saling peduli akan melahirkan rasa percaya diri serta kenyamanan
untuk hidup bersosialisasi. Harapannya kelas konsultasi akan menciptakan rasa
kepeduliaan, semangat dan nilai persaudaraan yang dirasakan oleh seluruh
masyarakat, khusunya kaum yang kurang mampu.
Komunitas asuh anak, asuh saudara untuk seluruh kalangan.
Mengasuh,
mendidik, membimbing juga mengayomi bukan hanya tugas orangtua semata. Namun itu
adalah tanggung jawab bersama, tanpa memandang status, usia juga kalangan. Sebab
fenomenal yang terjadi di masyarakat saat ini beraneka macam, mulai dari anak
yang besar tanpa kasih sayang orangtua, orang tua yang ingin memiliki momongan,
keluarga yang hidup dalam garis kesulitan, dsb. Bahu membahu dalam menghidupkan
nilai kemanusiaan dimulai dari hal-hal kecil, yaitu keluarga.
Kita mungkin
acuh terhadap kaum yang lemah karena merasa tidak punya tanggung jawab terhadap
mereka. Tanggung jawab untuk memberikan rasa aman, nyaman dan hidup yang lebih
berharga. Disebabkan kita berpikir mereka bukanlah kerabat, saudara atau
keluarga kita. Sebab itu pendirian “Komunitas Asuh Anak, Asuh Saudara” bisa
menjadi salah satu solusi untuk membenahi tingkat kemiskinan.
Gambar 6: Komunitas Asuh Anak, Asuh Saudara untuk Kaum Dhuafa |
Bagaimana
caranya? Dengan memberikan donasi melalui dompet dhuafa sejumlah (minimal) Rp20.000,-/bulan atau memberikan bantuan
pakaian, buku, peralatan sekolah kepada anak-anak sanggar belajar di wilayah terdekat.
Bagaimana jika
dirasa berat? Tentu kita bisa menabung. Kita siapkan tabungan khusus untuk “Komunitas
Asuh Anak, Asuh Saudara”. Menabung ini dilakukan setiap kita merasa melakukan
dosa atau kesalahan. Misal, membuat adik menangis karena ulah kita. Kemudian kita
masukkan Rp 1.000,- kedalam tabungan/celengan. Setiap akhir bulan, tabungan itu
kita berikan kepada anak-anak atau saudara-saudara kita di sanggar belajar. Atau
jika ingin memberi lebih bisa didonasikan kepada lembaga-lembaga sosial seperti
dompet dhuafa. InsyaAllah, selain berkah, komunitas ini juga akan memperkokoh
nilai-nilai persaudaraan, khususnya kepada masyarakat yang kekurangan.
Harapannya,
“Komunitas Asuh Anak, Asuh Saudara” akan memberikan dampak positif baik dari
rasa sosialisme. Sekaligus bentuk kepedulian dan bakti kita kepada negara
dengan bergotong royong meredam kemiskinan.
Mari kita tunjukkan partisipasi dan kepedulian terhadap saudara-saudara kita dengan menjadi Hero Zaman Now!
Mari kita tunjukkan partisipasi dan kepedulian terhadap saudara-saudara kita dengan menjadi Hero Zaman Now!
Mari menjadi pahlawan yang mengangkat derajat kemanusiaan.
Mari berkerja sama demi mewujudkan mimpi-mimpi saudara kita.
Mari berkerja sama demi mewujudkan mimpi-mimpi saudara kita.
Berikan donasi sebagai bentuk kontribusi melalui Dompet Dhuafa.
Gambar 7: Profil Singkat Dompet Dhuafa |
Alamat :
Jl. Warung Jati Barat No.14Jakarta Selatan 12540, Indonesia
Kontak:
Ph : +62 21 7821292Fax : +62 21 7821333
Facebook : Dompet Dhuafa
Google Plus : Dompet Dhuafa
Twitter : dompet_dhuafa
Instagram : dompet_dhuafa
#BulanKemanusiaan
#HeroJamanNow
#MembentangKebaikan
Referensi:
- https://www.bps.go.id/
- https://www.dompetdhuafa.org/
2 comments