Bismillahirrahmanirrahim.
Setiap orang
lahir dalam keadaan yang fitrah (suci). Namun seiring waktu, bertambahnya usia,
berkembangnya raga berlalu begitu cepat. Tanpa terasa semua dilewati begitu
saja, masa melaju dan dosa kerap saja dilakukan. Kendati demikian, dalam hati
selalu saja ada rasa ingin berubah. Aku ingin hijrah.
Ya, jadi lebih
baik dengan berhijrah. Hijrah dalam arti berpindah menuju arah hidup yang lebih
baik. Lebih tertata. Lebih terjaga. Tentu tidak hanya dari segi berpakaian
seorang muslimah bisa dikatakan telah hijrah. Tidak cukup hanya dengan
berjilbab. Tidak cukup hanya sekedar pandai mengaji. Namun lebih dari itu, cara
bergaul, berbicara, berbusana, beretika dan lain sebagainya harus sesuai dengan
syariat.
Menjadi
cantik saja tidak cukup. Tentunya pondasi yang harus tertanam sejak dini adalah
bagaimana menjadi seorang muslimah yang saliha dan inspiratif juga harus
dipelajari. Sebagai seorang muslimah di era dewasa ini segala hal seakan begitu
samar. Mana yang baik dan mana yang tidak seakan melebur menjadi satu. Pakaian yang
seharusnya tak dikenakan justru kini banyak menjadi sorotan bahkan rebutan.
Meski demikian, saya belajar bersyukur dan bahagia. Alhamdulillah, orang tua memberikan pendidikan agama yang
lebih dari cukup untuk bekal anak-anaknya. Tak hanya sekedar diajarkan shalat, mengaji. Namun lebih
dari itu, saya dan saudara-saudara diberikan kesempatan untuk menimba ilmu di sebuah pesantren.
Saya sadar, berada di lingkungan agamis pun rasanya tidak
cukup untuk membuat seseorang bisa menemukan hidayah. Ilmu agama saya masih
awam. Kian lama saya sadar bahwa saya tidaklah
memiliki ilmu yang cukup, itulah mengapa rasa ingin tahu dan belajar terus menggebu.
Bahkan, celana-celana levis yang dulu mulai saya tinggalkan. Pelan-pelan satu-persatu banyak yang berubah. Seperti tergesernya celana digantikan oleh rok. Semua itu terjadi karena makin meletupnya rasa
malu untuk mengenakannya. Yang saya khawatirkan, tidakkah semua pakaian dan
celana itu akan menampilkan lekuk tubuh. Semakin dewasa saya semakin malu saat mengenakan
jilbab yang berbahan tipis. Hati lebih mudah awas. Rasa takut ada saja tiba.
Google Image |
Kala itu, saya suka sekali memperhatikan orangtua, sanak
kerabat, tetangga, guru yang selalu berpakaian syar’i. Jilbab dan pakaian yang
dikenakan tidak hanya menutup, tapi juga tebal, tidak menerawang dan pastinya
tidak ketat.
Rupanya dengan banyak melihat, memperhatikan, hati ikut
berbicara. Ada rasa ingin seperti itu. Walau belum sempurna, setidaknya sedikit
demi sedikit ingin berubah (lebih baik). Begitu kira-kira hati berbicara. Ingin menjadi hambaNya yang shalihah. Sebab kepada siapa lagi hati berharap kecuali padaNya. Hijrah ini pun demi memohon ridhoNya.
Dalam perjalanan terkadang ada saja kerikil berada, sama seperti proses hijrah. Ada saja ujian yang melintas. Guyonan-guyonan, candaan, ejekan bahkan pandangan yang menyakitkan hati. Dari ucapan yang lembut, "Bu ustazah mau kemana make gamis?", sampai yang "Dah kayak emak-emak aja make baju begitu!" Semua menghadang dan lenyap begitu saja.
Dalam perjalanan terkadang ada saja kerikil berada, sama seperti proses hijrah. Ada saja ujian yang melintas. Guyonan-guyonan, candaan, ejekan bahkan pandangan yang menyakitkan hati. Dari ucapan yang lembut, "Bu ustazah mau kemana make gamis?", sampai yang "Dah kayak emak-emak aja make baju begitu!" Semua menghadang dan lenyap begitu saja.
Untuk itu saya perlu motivasi, dan salah satu motivasi yang melekat dihati adalah dengan mengingat sabda Nabi Saw, yang artinya: “Dunia adalah perhiasan, dan
sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalehah.” (HR. Muslim)
Dan nyatanya semua itu justru menjadi seperti jamu, pahit tapi menguatkan. Bahkan kerap kali saya harus tersenyum jika mengingatnya. Memang benar kawan, jika kita mau dapat cinta dan lebih dekat kepada Allah maka juga harus ekstra niat dan kekuatannya. Supaya tidak lemah, tidak mundur ditengah jalan.
Hingga kini rasanya makin haus akan ilmu. Keinginan menjadi lebih
baik umpama sebuah candu yang harus diobati. Dan salah satu obatnya adalah dengan terus belajar,
berbenah atau hijrah. Tentunya semua itu mudah bila kita tak sendiri, maka penting
sekali untuk memilah dan memilih lingkungan yang baik.
Google Image |
Dan tak cukup sampai pada kata shaliha, seorang muslimah
juga harus pandai menginspirasi. Tidak hanya menginspirasi teman-temannya tapi
juga keseluruh khalayak ramai. Dari hal-hal kecil sampai menyeluruh dalam segala aspek kehidupan. Sehingga dampaknya tidak hanya dirasakan indah oleh sesama tapi juga
lebih kepada diri kita adanya.
Yuk sahabat shaliha, mari bersama kita tinggalkan masa
lalu. Ambil yang pahit untuk dijadikan pelajaran. Dan yang manis untuk kita
jadikan sebagai acuan. Acuan, motivasi untuk terus menjadi pribadi yang baik.
Salam,
Hamba Allah
6 Muharram 1439 H
0 comments